Selasa, 08 Maret 2016

5. BASMALLAH


ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ



TITIK BA'
Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim

Semua kitab suci yang diturunkan ada di dalam Al-Qur’an.

Semua yang ada dalam Al-Qur’an ada di dalam Al-Fatihah.

Semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillnahirrahmaanirrahiim.

Semua yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa’,

Dan semua yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawah Baa’.

Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan “KUN” dari Allah.


Pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak bila ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), di tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al-Qur’an ini, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam huruf Baa’, manfaat dan rahasianya.

Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Makrifat kepada Allah swt.

Ketahuilah bahwa titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap Surah dan Kitab Allah Ta’ala, sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik, dan sudah tentu setiap surah ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itulah maka titik itu sendiri adalah awal dari pada setiap Surah yaitu Kitab Allah Ta’ala.

Bahwa Baa’ dalam setiap surah itu sendiri menjadi keharusan karena berada dalam Basmalah bagi setiap surat, seperti dalam surat Al-Baqarah, huruf Baa’ mengawali ayat dalam surat tersebut, karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa’.

“Bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu terhimpun dalam surah Al-Fatihah, terhimpun lagi di dalam Basmalah, dan terhimpun lagi dalam Huruf Baa’, akhirnya terhipun dalam titik”.

Seperti huruf Taa’ ( ت ) dengan dua titik, lalu ditambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’( ث ), maka yang dibaca itu tidak lain kecuali titik itu sendiri. Sebab Taa'( ت ) bertitik dua, dan Tsaa’ ( ث ) bertitik tiga bentuknya satu, yang terbaca titiknya belaka.

Seandainya kita membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda antara satu dengan lainnya, dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja.

"Hal yang sama dilihat dalam persprektif mahluk, maka makhluq itu tidak dikenal kecuali Allah jua, bahwa anda mengenalnya dari makhluq, sesungguhnya anda mengenalnya  dari Allah swt".

Hanya saja titik pada sebagian huruf lebih jelas yang satu dengan yang lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya, seperti huruf-huruf yang bertitik, semuanya saling melengkapi dan saling menyempurnakan dalam kalimat-kalimat, kelengkapan inilah berada pada titik tersebut.

Ada sebagian yang nampak pada kenyataannya seperti huruf Alif ( أ ) dan huruf-huruf tanpa titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif ( أ ) lebih mulia dibanding Baa’ ( ب ), karena titiknya itu menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ ( ب ) itu sendiri tidak nampak (Titik berdiri sendiri).

Titik di dalam huruf Baa’ ( ب ) tidak akan nampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena titik sesuatu huruf merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut, sementara itu penyatuan antara faktor lain ialah faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.

Huruf Alif ( أ ) posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Baa’ ( ب ) itu adalah Alif ( أ ) yang di baringkan seperti Jiim ( ج ), misalnya adalah Alif ( أ ) dibengkokkan dua ujungnya, Daal ( د ) adalah Alif ( أ ) yang ditekuk ditengahnya.

Sedangkan Alif ( أ ) dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat masing-masing huruf tersusun dari titik, sementara titik bagi setiap huruf ibarat nukleus yang terhampar, huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur.

Kedudukan Alif ( أ ) dengan kerangkanya seperti kedudukan titik, lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif ( أ ) sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’( ب ) adalah Alif ( أ ) yang dibaringkan.

Demikian pula hakekat Nabi Muhammad saw merupakan inti dari seluruh alam semesta ini diciptakan yaitu dari Hakekat Muhuhammad.

Allah swt menciptakan ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari ruh Muhammad saw, sedangkan Muhammad saw adalah sifat dzahirnya Allah dalam makhluk melalui nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Dengan bersholawat adalah memuji Nabi Muhammad saw, Hakikat Muhammad itu ialah NUR MUHAMMAD, NUR MUHAMMAD itu ialah HAKIKAT ALAM, NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya asal segala kejadian dan akhir segala kenabian, itulah sebabnya hakikat MUHAMMAD itu disebut utusan, maka jika hakikat Muhammad itu disebut utusan, maka cari dan galilah sedalam-dalamnya hakikat hidup ini dari NABI MUHAMMAD SAW, supaya bisa pulang kembali ke asalnya, yaitu kembali kepada hidup yang sejati, yaitu hidupnya Tuhan yang kekal, abadi, azali dan tidak terkena kehancuran, itulah yang disebut Zat yang maha besar dikenal dengan sebutan : HAQQULLAHU TA’ALA, tempat manusia Ma’rifat, sebagai kesempurnaan yang sejati dan HAQQULLAH itu adalah sebagai kenyataan alam semesta.

Sedangkan huruf Alif ( أ ), walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik setaraf dengannya, dan Alif ( أ ) merupakan manifestasi titik yang tampak di dalamnya, namun dengan substansinya Alif ( أ ) memiliki nilai tambah dibanding yang lain, sebab yang tertera setelah titik tidak lain kecuali berada satu derajat, karena dua titik disusun dua bentuk alif, maka Alif ( أ ) menjadi sesuatu yang memanjang, karena dimensi itu terdiri dari tiga sisi = Panjang X Lebar X Tinggi.

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif ( أ ), seperti huruf Jiim ( ج ). Pada kepala huruf Jiim ( ج ) ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Setiap huruf selain Alif ( أ ) memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif ( أ ) sendiri lebih mendekati titik, sedangkan titik tidak punya bentangan.

Hubungan Alif ( أ ) diantara huruf-huruf yang tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya karenanya Alif ( أ ) mendahului semua huruf.

Diantaranya ada huruf-huruf yang mempunya titik di atasnya, ada pula yang mempunya titik dibawahnya, yang pertama (titik di atas) ibarat “Aku tidak melihat sesuatu (sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.

Diantara huruf itu ada yang mempunyai titik di tengah, seperti titik putih dalam lubang huruf Mim ( م ) dan Wawu ( و ) dan lain-lain, maka posisinya pada tahap,“Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya, ”Karenanya titik itu berlubang, sebab dalam lubang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri, lingkaran kepada kepala Miim ( م ) menempati tahap, “Aku tidak melihat sesuatu” sementara titik putih menempati “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.”

Alif ( أ ) menempati posisi :
“Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu maka sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya”menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian“Sesungguhnya orang-orang berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”

Bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu Baginda bersyahadat kepada Allah dan pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah, artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw tetapi hakekat-nya berbaiat kepada Allah swt,

Dalam Kitab “Tafsirul Qur’anil Karim” menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma Allah Ta’ala ( Nama-nama Allah) sifat yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta’ala, sedangkan wujud Asma (nama-nama) itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.

Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan, dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian“Tidak membuat penyifatan”.

"Ar-Rahmaan" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan kesempurnaan secara universal menurut relevansi hikmah.

"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi kesempurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya.

Karena itu sering disebutkan, “Wahai Yang Maha Rahman bagi dunia dan Maha Rahim bagi akhirat”

Artinya, adalah sifat kemanusiaan yang sempurna, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi.

Dalam konteks inilah Nabi Muhammad saw bersabda, “Aku diberi anugerah menyeluruh Kalam dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) kesempurnaan ahlak”.

Karena kalimat-kalimat merupakan hakekat-hakekat wujud dan kenyataannya, sebagaimana Isa as disebut sebagai KALIMULLAH (kalimat dari Allah) sedangkan kesempurnaan ahlak adalah predikat dan keistimewaannya.

Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristalkan dalam jagat kemanusiaan yang sangat halus, di sanalah para Nabi – alaihimus salam – meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud.

Kenyataan ini dapat ditemui pada zaman Isa as, zaman Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.

Disebutkan, bahwa wujud ini muncul dari huruf Baa’( ب ) dari Basmalah, karena Baa’( ب ) tersebut mengiringi huruf Alif ( أ ) yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah, disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari ciptaan Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, “Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan daripada dirimu, dan denganmu Aku memberi, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa”. (Al-hadits)

Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf (satu huruf gaib tidak tertera) Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah, maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.

18 huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasika dengan jumlah 18 ribu alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah.

Alif merupakan induk dari seluruh yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif, karena itu difahami sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh langit, dan Empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.

Sedangkan makna 19, menunjukkan penyertaan alam kemanusiaan, walaupun masuk kategori alam hewan, namun alam insan itu menurut konotasi kemuliaan dan universalnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, roh adalah alam lain yang memiliki ragam jenis yang prinsipil, ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat dll.

Tiga Alif ( أ أ أ ) yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan petunjuk tentang Alam Ilahi Yang Haqq, menurut pengertian Dzat, Sifat dan Af ‘al , yaitu tiga alam ketika dipisah-pisah, dan satu alam ketika dinilai dari hakekatnya.

Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.

Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif gaib yang melekat pada Baa’, ” kemana hilangnya Alif itu? ” Maka Rasulullah saw, menjawab, “Dicuri oleh Setan”.

Maka diharuskan memanjangkan huruf Baa’nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian “Alif gaib” predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar, sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan boleh dikenal kecuali oleh ahlinya.



Oleh karena itu dalam hadist di sebutkan :
Manusia diciptakan menurut gambarannya”.

Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat
Sifat tersembunyikan oleh Af’aal
Af’aal tersembunyikan oleh jagat-jagat dan makhluk.

Oleh sebab itu,
Siapa pun yang meraih Tajjalinya Af’aal Allah dengan terbukanya hijab jagat raya, maka ia akan tawakkal.

Siapa yang meraih Tajjalinya Sifat dengan terbuka hijab Af’aal, ia akan redha dan pasrah.

Siapa yang meraih Tajjalinya Dzat dengan terbukanya hijab Sifat, ia akan fana dalam kesatuan.

Maka ia pun akan meraih penyatuan mutlak.
Ia berbuat, tapi tidak berbuat.
Ia membaca tapi tidak membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”.

Tauhidnya af’aal mendahului tauhidnya Sifat
Dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat.
Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya,

Tuhan,,,
Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu.
Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarahMu.
Dan Aku berlindung denganMu dari diriMu.



Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin



Selasa, 01 Maret 2016

4. SYAHADAH


ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ



TIGA DASAR KAJIAN :

Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan untuk menyatakan dirinya sendiri pada : Zat, Sifat, Asma' dan Af'alnya.


Firman Allah swt :Qs. Az-Zariat : 56

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".

Dan untuk mencurahkan baktinya kepada Allah maka manusia haruslah mengenal Allah, karena tampa mengenal Allah pasti tidak dapat mencurahkan bakti yang sesungguhnya.


Sabda Rosulullah saw :
Awaludin Ma'rifatullah
Awal agama adalah mengenal Allah

Oleh karena itu untuk bisa ma'rifat kepada Allah maka diberikanya ilmu kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.

Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata, sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.


Firman Allah swt : Qs. Yunus :57

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".

Manusia sebenarnya tidak berhak atas sesuatu, hanya Allah saja yang Empunya, bagaimana manusia bisa mengaku “ ini hak aku “ atau “ itu hak aku “ sedangkan dirinya sendirpun bukan hak dia, tetapi hak Allah semata.



TIGA DEPINISI ILMU ALLAH :

A.  ILMU KALAM
B.  ILMU GHAIB dan
C.  ILMU SYAHADAH


Firman Allah swt : Qs. Al-iqro : 3-5

3 - Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

4 - Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5 - Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya


Fiman Allah swt : Qs. Al-Hasyr : 22

"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".



A.  ILMU KALAM

Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita.

Ilmu kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.

Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita.

Tingkatan ilmu ini hanya bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan menggunakan ilmu kalam ini.

Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat, di dengar, dirasa, oleh panca indranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain,

bahwa,,, Kita tidak dapat menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.

Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut.

Ini menunjukkan bahwa tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak lebih dan tidak sampai kemana-mana.

Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata tidak bisa kita menjelaskannya kepada orang buta, lalu bagaimana halnya untuk memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda yang ada di alam semesta ini?

Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah ilmu gaib.

Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat menerangkannya.

Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut dengan fikirannya.

Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia bahasa yang ada.



B.  ILMU GHAIB

Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sogir dan alam kabir.

Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya) didalam bidang Hakekat dan ma'rifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.

Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari Wali-Wali Allah yang gaib dan para Nabi dan Rosulnya.

Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakekat dan ma'rifat melalui jalan kebatinan untuk mengenal Allah swt.

Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib oleh guru-guru gaib.

Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan ma'rifat serta mursyid yang mengetahui akan hakekat dan ma'rifat dan kemudian menerima petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka orang tersebut kemudian mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.

Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya.

Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah kebatinan.

Agar jalan kebatinan dapat dicapai maka orang ini harus juga tahu cara membersihkan diri dan jiwa raganya,dan  ilmu ini hanya boleh dicapai oleh akal dan iman saja.

Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa di hasilkan oleh hati orang-orang beriman terhadap Allah s.w.t saja.

Sebelum mendapatkan akal maka orang itu harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang menjadi tempat istana iblis.

Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kolbi.

Sesungguhnya cahaya atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu adalah ISTANA ALLAH.

Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa ragu-ragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak bisa diterima oleh logika berfikir manusia.

Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa manusia tersebut.


Firman Allah swt : Qs. At Taghaabun : 11

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat penerimaan ilmu gaib ini.

Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata bashir, dengan telinga batin dapat pula di rasakan dengan hati hakiki yang di miliki oleh orang-orang 'ARIF BILLAH.

Ilmu gaib di ajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5 cara :


Yaitu dengan cara :

1.  NUR
2.  TAJJALI
3.  SIRR
4.  SIRRUSIRR
5.  TAWASUL


1.  Dengan cara NUR

Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat batin, biasanya datang melalui sebuah mimpi, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terang-terangan.

Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan penafsiran mimpi tersebut.

Dan bagi seorang guru yang mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh anak muridnya.

Di dalam mimpi tersebut mungkin saja di beri kiasan dengan satu peristiwa yang di alaminya dalam mimpinya atau guru gaib yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut.

Maka dengan jalan mendapatkan mimpi tersebut orang-orang yang menjalani ilmu kebatinan dapat menerima Ilmu gaib.


Firman Allah swt : Qs. Yusuf : 16

"Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan di sempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".



2.  Dengan cara TAJJALI

TAJJALI disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan ZOK selama mereka menjalani latihan.

Dengan mengalami ZOK terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka sendiri sebelumnya.

Misalnya :
Terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak pernah membaca doa tersebut.

Di dalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.


Keterangan tentang TAJJALI

Biasanya seseorang yang sedang mengalami TAJJALI sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan tersebut kepada dirinya sendiri lalu di dapatinya satu persatu jawaban yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya belum pernah dialami sebelumnya

Bila di lihatnya sesuatu maka secara tidak di sengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, di sinilah terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri.

Walhasil, di bandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya, perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.



3.  Dengan cara sirr

Adapun SIRR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia, hanya dapat dirasakan dan di dengar oleh orang itu secara jelas.

Biasanya seseorang yang sedang menjalani tarekat kebatinan dapat menerima SIR ini di waktu-waktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin.

Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas, bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata.

Cara Sirr ini biasanya di namakan oleh sebagian ahli kebatinan sebagai radio atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib.

Bila seseorang itu menerima SIR maka hendaklah memberitahukan hal tersebut kepada gurunya untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.



4. Dengan cara SIRRUSIRR

Cara SIRRUSIRR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib dengan cara Rasa di dalam Rasa.

Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga merasakan suatu nikmat yang luar biasa.

Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa di ibaratkan seperti tayangan gambar di televisi.

Oleh karena itu sebagian orang kebatinan menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.



5.  Dengan cara TAWASUL

Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalani Tarekat batin, mereka bertemu dalam keadaan hidup-hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti kita menerima kedatangan tamu pada umumnya.

Mereka datang dan memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.

Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada waktu itu lagi ada orang.

Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak kita pahami kepada mereka.

Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli kebatinan dan dengan ini terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak.

Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.

Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi di alam lain termasuk alam barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah ke suatu alam yang jauh keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.


Firman Allah swt : Qs.

Artinya : barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (alam lain)

Orang yang mencapai tingkat ini disifatkan oleh Rasullullah sebagai orang mati sebelum mati.

Sabda Rosulullah saw :
Mautu qoblal maut
Matikan dirimu sebelum mati.

Mereka yang telah mencapai ke peringkat ini adalah mereka yang telah berhasil dijalan hakekat dan ma'rifat dengan Allah. Jiwa mereka sering tenang disamping tuhannya semasa hidupnya di dunia ini atau di akhirat nanti. Mereka adalah termasuk golongan orang-orang yang baik dan beruntung.



C.  ILMU SYAHADAH

Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia, inilah martabat ilmu yang tertinggi.

Ilmu ini adalah satu ilmu ma'rifat dan ilmu syahadah yang sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.

Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.

Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.

Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai ma'rifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa Tuhan sajalah yang boleh mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.

Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.

Ilmu ini hanya bisa dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung.

Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah s.w.t.


Cara mengucapkan dan menikmati ucapan dua kalimah syahadah

Adapun mengucapkan dua kalimah syahadah itu adalah dengan melafazkan kata :

ASYHADU ALLAA ILLAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAROSULULLAAH

Ucapan kalimah ini juga boleh dinamakan sebagai ucapan penyaksian di antara kita dengan diri kita, dengan cara-cara sebagai berikut :



1.  HILANGKAN DIRI KITA

Maksud menghilangkan diri  adalah dengan cara kita merasai dengan satu perasaan yang sesungguh-sungguhnya bahwa diri kita ini adalah tidak mempunyai apa-apa, tidak berkuasa, tidak melihat, tidak mendengar, tidak berkehendak, tidak ……  tidak….. hanya Allah s.w.t. bersifat teragung itu.

Kita fanakan (kosongkan) diri kita dan kita isbabkan (tampilkan) segala-galanya kepada Allah s.w.t.

Bila saja kita telah hilang segala-galanya, dan yang nyata Allah s.w.t. semata-mata, segera kita ucapkan lafaz Dua kalimah Syahadah ini, dan selama kita melafazkan dua kalimah syahadah ini maka kita hendaklah menilik kedalam bathin kita dan kita bayangkan ripa wajah kita hingga nampak jelas. Sesungguhnya hanya kita sajalah yang tahu bagaimana perasaan hilang diri itu.

Untuk lebih jelasnya bertanya-lah kepada orang-orang ahli hakekat dan ma'rifat lagi mursyid yang pernah mengalami hal yang seperti ini.



2.  MELAPADHKAN KALIMAH SYAHADAH

Adapun maksud melafazkan dua kalimah syahadah tersebut adalah dengan cara kita melafazkannya dengan mulut dan diresapi di dalam hati, ucapkan kalimah syahadah tersebut secara tanpa di waqafkan semua bahagian kalimah syahadah itu, Intinya adalah bagaimana kalimah syahadah itu bisa di baca dalam satu nafas, kemudian bacalah dengan terang mengikuti bacaan huruf dan baris masing-masing serta hendaklah dibaca secara panjang. sebab jika di wakafkan pada kalimah syahadah itu, maka pada hakekatnya kita telah mencoba untuk memisahkan diri rohani kita dengan diri jasmani kita, Sesungguhnya bahwa diri kita yang zahir ini tidak boleh dipisahkan dengan diri bathin kita.

Untuk menjadi kamil (sempurna) di antara keduanya maka kalimah syahadah ini harus di lafazkan secara tuntas tanpa di wakafkan, melainkan dalam satu nafas saja.



3.  DI BACA DAN DI DENGAR

Dua kalimah syahadah ini hendaklah ditanamkan didalam dada yaitu ketika kita melafazkan kalimah tersebut maka serentak dengan itu hendaklah di ikuti oleh semua panca indera serta seluruh anggota tubuh kita turut melafazkan kalimah syahadah tersebut. Jangan sekali-kali melafazkan kalimah tersebut hanya di bibir dan di lidah saja tanpa di ikuti oleh panca indera dan anggota tubuh lainya. Bila saja kita bisa melafazkan dengan cara tersebut di atas sudah barang tentu kita akan merasai getaran di seluruh tubuh kita dan di sertai dengan satu rasa kelezatan yang amat sangat.

Silahkan diulangi selalu ucapan dengan cara tersebut diatas, sehingga hal tersebut menghasilkan satu kelezatan yang amat sangat seperti yang pernah di alami oleh orang-orang ma'rifat kepada Allah s.w.t.



4.  MERASAI NIKMAT

Perasaan yang mengalir apabila kalimah syahadah ini dilafazkan tidak bisa di terangkan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang merasainya.

Oleh karena itu :
Barang siapa yang tidak merasai
Niscaya dia tidak akan mengetahui.

Untuk keterangan lebih lanjut silahkan bertanya kepada guru yang ma'rifat lagi mursyid.

Namun begitu, alangkah bahagianya apabila kita sendiri dapat merasai dan menikmatinya. Ini berarti kita telah ber-jaya menyaksikan diri kita dengan satu bentuk kesaksian secara hakekat dan ma'rifat. Oleh karena itu, wahai saudaraku, bersyahadatlah kamu sampai ke martabat orang-orang 'arif Billah karena jika kita tidak ber-jaya memperolehnya maka berarti syahadah kita adalah syahadat tanda yang tidak mengandung arti dan faedah apa-apa.



Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin

Senin, 22 Februari 2016

3. SHOLAHUDD'AIM


ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ



MEMAHAMI DAN MENGENAL
ILMU NAFAS DALAM SHOLAHUDDA'IM

Nafas adalah rahasia dari semua kehidupan, dengan nafas tidak ada sesuatu apapun di alam semesta ini yang mengalami kematian, sedangkan semenjak awal penciptaannya nyawa, hingga masuk ke alam zurriyyah, lalu masuk kedalam rahim ibunya, kemudian di lahirkan kedunia, bahkan sampai jasad bersatu kembali menjadi tanah, tidak sedetikpun nafasnya berhenti berzikir kepada diri si empunya diri (Tuhan semesta alam)

Lalu seperti apa nafas yang memiliki ke hidupan abadi dan yang memiliki kedekatan yang sangat erat dengan allah swt itu?

Di bawah ini akan di kupas rahasia-rahasia nafas itu sampai tuntas.


KEDUDUKAN NAFAS :

Nafas keluar masuk, namanya MUHAMMAD
Yang dinamakan Muhammad adalah PUJIAN
Nabi adalah jasad sebagai WADAH


1. Bila diluar = ILMU GHAIBUL GHUYUUB
2. Bila didalam = ILMU SIRRUL ASROR


NAFAS itu yang keluar masuk dari mulut.
NUFUS itu yang keluar masuk dari hidung.
TANAFAS itu yang keluar masuk dari telinga.
AMPAS itu yang keluar masuk dari mata.


Adapun hidup NAFAS itu karena AMPAS
Hidup AMFAS itu karena TANAFAS
Hidup TANAFAS itu karena NUFUS
Dan hidup NUFUS itu karena RASA


Adapun letak NAFAS itu pada MULUT
Letak AMPAS itu pada HIDUNG
Letak TANAFAS itu pada ANTARA DUA TELINGA
Dan letak NUFUS pada KOLBI


Nafas itu yang menuju kepada :
"ARASYUL MAJID" oleh karena itu hendaklah di praktekan Ilmu Nafas ini, yaitu ilmu ghaibul ghuyub dan ilmu sirrul asror karena itu adalah ibadahnya Muhammad.


PAHAMI HAL INI :

Nafas yang keluar dari lubang hidung kiri itu dinamakan JIBRIIL, maka ucapannya ALLAH

Nafas yang masuk melalui lubang hidung kanan itu dinamakan 'IZRA'IL maka ucapannya HU


Dua nafas diatas dinamakan NUR
Maka jadilah dua Nur  yaitu ALLAH + HU
Dua Nur ini bertemu di atas bibir, tidak masuk ke dalam tubuh, maka nafas inilah yang sampai ke derajatnya yang dinamakan NURRUL HADI maka ke arah itulah yang di tuju sebenarnya.


PERJALANAN NAFAS :

Nafas yang naik dari jantung sampai ke ubun-ubun namanya JIBRIIL maka ucapannya HU

Nafas yang turun dari ubun-ubun menuju jantung nurani namanya 'IZRA'IL ucapannya ALLAH


inilah yang di sebut :
SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH
SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH

Menyaksikan yang satu kepada yang banyak
Menyaksikan yang banyak kepada yang satu.
Adalah amalan sholeh pintu ma'rifat

Sesungguhnya yang dinamakan HATI (Qalbu) itu adalah Nur yang memancar dari bagian bawah jantung (bagian Muhammad) ke arah bagian atas jantung (bagian Allah), Ketika naik sampai ke langit ke 7 ia berkata : HU, dan ketika turun sampai ke lapisan bumi ke 7 ia berkata : ALLAH.

Inilah HAQQUL DA'IM atau SHOLAHUDDA'IM
Sholatnya para nabi dan rosul, para waliyyullah yang agung dan para ahli ma'rifatullah yang telah mendapatkan ma'ul hayat atau air kehidupan abadi dalam mengabdikan dirinya kepada yang empunya diri yaitu Allah swt tuhan sekalian alam.

Ingatlah olehmu dalam memelihara Nafas-mu itu, dengan menghadirkan makna-makna diatas ini senantiasa, di dalam berdiri dan duduk dan diatas segala aktivitas yang diperbuat hingga memberi TANDA kepada sekalian badan dan segala cahaya Nurul Alam atas segalanya.

Tetapkanlah “tilik” hatimu, jadilah engkau hidup di dalam Dua Negeri yakni Dunia dan Akhirat, semoga dianugrahkan Allah bagimu pintu selamat sejahterah Dunia dan Akhirat.

Semoga Allah Ta’ala menganugrahimu kebahagiaan sampai kepada martabat segala Nabi dan Rosul, di haramkan Allah Ta’ala tubuhmu dimakan api neraka dan badanmu pun tiada dimakan tanah.


SIMBOL RAHASIA NAFAS :

Keluar masuk nafas sehari semalam
Siang 12.000x dan pada malam 12.000x
Sama dengan 24.000x

Jumlah jam sehari semalam 24 jam
Siang 12 jam dan pada malam 12 jam


Seperti huruf :
LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADAROSUULULLAH

Masing-masing mempunyai 12 huruf semuanya berjumlah 24 huruf

Barang siapa yang mengucapkan dengan sempurna 7 kalimah itu, niscaya Allah Ta’ala akan menutup pintu neraka yang 7.

Barang siapa yang mengucapkan dengan sempurna 24 huruf ini, niscaya Allah Ta’ala akan mengampuni dosa yang 24 jam.

Inilah persembahan kepada Tuhan, yang di sebut SHOLAHUDDA'IM adalah solat yang terus menerus tampa putus dzahir dan batin.


Firman Allah swt : Qs. Al-ma'arj : 23

"Yang mereka itu tetap mengerjakan sholat".

Di dalam sholat 5 waktu tugas kita adalah menumpukan sepenuh perhatian dengan mata batin kita menilik diri batin kita dan telinga batin menumpukan sepenuh perhatian kepada setiap bacaan oleh angota dzahir dan batin kita disepanjang “acara” sholat tanpa menolehkan perhatian kearah lain.

Sholat 5 waktu adalah merupakan latihan di peringkat awal untuk melatih diri kita supaya bisa menyaksikan diri batin kita yang menjadi rahasia Allah Taala

Tetapi setelah berhasil membuat penyaksian diri di waktu kita menunaikan sholat yang 5 waktu, maka haruslah pula melatih diri kita supaya dapat menyaksikan diri batin kita pada setiap saat dalam waktu 24 jam.


Sebab kita berkata :
ASYHADU ALLAA ILLAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAROSUULULLAH


Maka berarti kita berikrar dengan diri kita sendiri untuk menyaksikan diri rahasia Allah swt itu pada setiap saat di dalam 24 jam sehari semalam.

Oleh karena itu untuk mempraktekan penyaksian tersebut, maka kita haruslah mengamalkan SHOLAHUDDA'IM dalam kehidupan kita sehari-hari sebagaiimana yang pernah dikerjakan dan diamalkan oleh Rasulullah saw, Nabi-nabi, Rosul-rosul dan Wali-wali Allah yang Agung.



MAQOM SHOLAHUDDA'IM :

1- Hendaklah memahami betul dan berpegang teguh dengan hakekat ZIKIR NAFAS

2- Haruslah terlebih dahulu mampu mendapatkan pancaran NURUL QOLBI (seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya)

3- Telah mengalami proses pemecahan wajah KHOWAS FIL KHOWAS

4- Memahami dan berpegang dengan penyaksian yang sebenarnya yakni SYUHUDUL HAQQ


Untuk mengamalkan dan mendapatkan maqam SHOLAHUDDA'IM maka sesorang itu haruslah memahami pada peringkat awalnya tentang hakekat perlakuan zikir nafas, oleh karena itu amalkanlah zikir nafas itu bersungguh sungguh supaya kita mendapat NURUL QOLBI yaitu pancaran Nur di dalam jantung kita yang menjadi kuasa pemancar kepada ma'rifat untuk mema'rifatkan diri kita dengan Allah Taala.

Sesungguhnya dengan zikir nafas sajalah gumpalan darah hitam yang menjadi istana iblis di dalam jantung kita akan hancur dan terpancarlah NURUL QOLBI dan kemudian terpancar pula makrifah yang membolehkan seseorang itu memakrifatkan dirinya dengan Allah Ta’ala dan dapatlah diri rahasia Allah swt yang menjadi diri batin kita membuat hubungan dengan diri ZATUL HAQQ  Tuhan semesta alam.

Latihan untuk menyaksikan diri ini hendaklah dikerjakan secara bertahap, tahap awal yaitu melalui ACARA sholat sebagaimana yang diterangkan di atas, selama proses penyaksian diri berlangsung maka orang itu akan mengalami satu proses membebasan diri batin KHOWAS FIL KHOWAS dari jasad dan dengan itu maka seseorang akan dapat melihat wajah kesatu wajah kedua dan seterusnya sampailah kepada wajah kesembilan, yaitu martabat yang paling tinggi di dalam ilmu gaib menuju ma'rifatullah, dengan mendapat pecahan wajah maka akan dapatlah orang itu membuat suatu penyaksian yang sebenar pada setiap saat dimasa hidupnya pada waktu ibadah ataupun keadaan biasa.

Pada tahapan seperti ini dinamakan martabat BAQA BILLAH yaitu suatu keadaan yang kekal pada setiap pendengaran, penglihatan, perasaan dan sebagainya, dan pada tahap ini pula ia adalah seperti orang awam, biasa-biasa saja, tidak nampak dan sulit untuk di tebak derajat kedalaman ilmu di dalam dirinya disisi Allah Ta’ala.

Biasanya orang yang berhasil mencapai maqam SHOLAHUDDA'IM maka dapatlah ia kembali kehadirat Allah Ta’ala dengan diri batin dan diri dzahir tanpa terpisahkan diantara satu sama lainnya, ia dapat memilih hendak mati atau hendak gaib sirna seperti Nabi Idris as.



PEMECAHAN WAJAH KHOWASUL KHOWAS

Wajah manusia itu ada 9 bernama :

1.  Sirrus sirr
2.  Sirr
3.  Ahdah
4.  Wahdah
5.  Wahdiyyah
6.  Ahmad
7.  Muhammad
8.  Mustafa dan
9.  Mahmud


Ada 9 (Sembilan) Tashahud juga yang di lakukan dalam Sholat 5 waktu dan pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar.

"Inni wajahtu wajhiya lilladzi fataras-samawati wal ardha, hanifam-muslimaw-wama ana minal musrikiin".

Bagi mereka yang belum menjalani Maqam Sholahuddaim, maka dia tidak dapat mengeluarkan wajah-wajah ini, karena apabila wajah Ahmad dan Muhammad keluar dan mereka tidak menapaki Maqam Sholahuddaim maka itu artinya dia akan mati.

Hanya yang sudah mencapai Maqam Sholahuddaim saja yang boleh mengeluarkan wajah-wajah ini, missalnya untuk pergi ke 18.000 Alam, untuk beribadah atau menjalankan tugas Allah swt.

Banyaknya alam ini :
Karena Allah swt RABBUL 'ALAMIN
Muhammad RAHMATAN LIL 'ALAMIN
Dan manusia RAHMATAN FIL 'ALAMIN.

Ilmu tentang wajah-wajah akan terbuka setelah mempelajari dan menguasai ilmu tentang NAFAS, NUFUS, TANAFAS dan ANFAS, setelah melewati beberapa tahapan, missalnya dengan Nafas Ar-Rahman dan Wajah Ar-Rahman.

Dalam hal menapaki jalan Hakekat dan Ma'rifat, di perlukan suatu ke ikhlasan dan kesungguhan oleh karena itu Guru yang Mursyid dan yang Kasyaf sangat diperlukan untuk memantau dari jarak jauh, maksudnya guru tahu apa yang anak murid mimpikan di malam hari.

Kemampuan "DUDUK DALAM KALIMAH" juga sangat penting, artinya harus menguasai ZIKIR NAFAS dan penyucian diri, agar mampu menghalau semua yang akan datang mengganggu, mereka yang mencapai tahap suci ini akan dapat berjumpa dengan para Ambiya', para 'Auliya', para 'Arif billah, para Mala-ikat dll, dan dapat belajar langsung dari mereka, setelah itu akan dapat bapak dan ibu batin atau guru spiritual, kemudian jika maqam meningkat maka akan di berikan nama Rahasia yang dengan nama inilah penghuni langit mengenalinya.

Jika saja Roh dapat menembus 7 lapis langit,  maka tentu dapat juga menembus 7 lapis bumi, dan pastinya akan dapat  mengetahui rahasia-rahasia makhluk yang duduk di semua lapisan ini.

Dengan demikian mudahlah bagi mereka untuk menghantar balik makhluk yang asalnya dari lapisan-lapisan tersebut, pada kondisi ini biasanya gurunya terlebih dahulu sudah membuka rahasia huruf-huruf Muqotat, sebab ini merupakan kunci-kunci perbendaharaan untuk masuk kedalamnya.

Bagi mereka yang sudah disahkan Mengenal Diri = Mengenal Allah, maka tidak ada yang dapat mengodanya dengan apapun jua, walau godaan tetap saja ada dan juga bagi yang dapat mengenal diri akan di anugerah ILMU KASYAF (tembus pandang) oleh Allah swt.

Bukti sudah mengenal Diri ialah ketika dia dapat mengeluarkan 9 wajahnya semua, ketika dia telah ditalqinkan oleh gurunya (dikafan-kan) dan ketika pintu langit telah terbuka dan dia melihat semua isi langit : Sidratul Muntaha, Baitul Arsy, Arsyillah.

Puncaknya adalah ketika masuknya Al-Quran dari langit terus ke Dada dan mendapat kesempatan membaca Al-Quran di Sidratul Muntaha.


Firman Allh swt dalam Hadist Qudsinya :

“Hai hambaKu, bila engkau ingin masuk ke HaramilKu (Haramil Qudsiyah), maka engkau jangan tergoda oleh Mulki, Malakut, Jabarut, karena alam Mulki adalah setan bagi orang Alim, Alam Malakut adalah setan bagi orang Arif dan Alam Jabarut adalah setan bagi orang yang akan masuk ke Alam Qudsiyah”.

Wajib bagi semua manusia mengetahui kapasitas dirinya yaitu berada pada alam yang mana dan jangan mengaku-ngaku sesuatu yang bukan haknya.

“Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak melewati batas perjalanannya, menjaga lisannya dan tidak menyia-nyiakan umurnya”.

Seorang Alim harus mampu mencapai makna hakekat manusia yang disebut "TIFLUL MA'ANI" (Bayi Ma’nawi).

Setelah itu harus mendidiknya dengan tetap melakukan Asma Tauhid dan keluar dari alam Jasmani ke alam Ruhani, yaitu alam as-sirri yang di sana tidak ada sesuatu pun selain AlLah swt, Sirr itu seperti lapangan dari cahaya, tidak ada ujungnya, inilah Maqom Al-muwahidin.

Berusahalah untuk mencapai ke tahap itu melalui ajaran guru atau orang yang ahlinya, ada di antaranya sengaja tidak diuraikan dengan lebih lanjut karena sebagiannya adalah rahasia yang perlu di bicarakan secara khusus.


MEMULANGKAN SEMULA BAYI MA'NAWI = MEMULANGKAN AMANAH ALLAH SWT.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah SULTHANUL AULIYA' atau QUTUBUL AULIYA' yakni Penghulu segala Wali-wali Allah, maka wajarlah kita dalam mencari JALAN PULANG menjadikan beliau sebagai salah satu SUMBER RUJUKAN.


Petikan dati kitab "SIRRUL ASROR".

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menamakan kandungan itu sebagai TIFLUL MA'ANI atau BAYI MA'NAWI dan menjelaskan bahwa istilah itu merujuk kepada RUHKU ALLAH yang disebutnya sebagai RUH AL-QUDSI.


1.  Makhluk pertama yang diciptakan Allah (baca ditajallikan) adalah RUH MUHAMMAD di ciptakan dari Cahaya JAMALULLAH.


2.  Ruh Muhammad adalah RUH YANG TERMURNI sebagai makhluk pertama dan ASAL seluruh makhluk, dari Ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua ruh di Alam LAHUT yakni NEGERI ASAL bagi seluruh manusia, maka di sebut sebagai UMAT MUHAMMAD.


3.  Selanjutnya ruh-ruh
(perhatikan bukan ruh tetapi ruh-ruh) diturunkan ke Alam TERENDAH yakni JASAD setelah membuat PENGAKUAN di hari PERJANJIAN dimana Allah bertanya alastu birabbikum? Bukankah Aku ini Tuhanmu? Ruh menjawab, Benar Engkaulah Tuhan kami.


4.  Proses turunnya (ruh) adalah setelah ruh di ciptakan di Alam LAHUT, maka diturunkan ke Alam JABARUT dan di balut dengan CAHAYA JABARUT sebagai pakaian antara DUA HARAM di sebut sebagai RUH SULTHANI.

Selanjutnya diturunkan lagi ke Alam MALAKUT dan di balut dengan NUR MALAKUT dinamakan sebagai RUH RUHANI.

Kemudian di turunkan lagi ke Alam MULKI dan dibalut dengan NUR MULKI dinamakan RUH JASMANI.


5.  Untuk kembali (jalan pulang) ke negeri asalnya (alam lahut) manusia perlu beribadah, maksudnya ibadah disini adalah MA'RIFATULLAH, Ma'rifat terwujud bila manusia dapat melihat indahnya sesuatu yang TERPENDAM dan TERTUTP dalam RASA DI LUBUK HATI di sebut sebagai KUNZA MAHFIYYAN atau terpendam dan tertutup.

Firman Allah swt :

“Kuciptakan makhluk agar mereka MengenalKu”.


6.  Alam Ma'rifat = Alam Lahut = Negeri Asal kita = Tempat Ruh Al-Qudsi = Bayi Yang Perlu Dilahirkan semula = AKU


7.  Yang dimaksudkan dengan Ruh Al-Qudsi  adalah HAKEKAT MANUSIA yang di simpan di LUBUK HATI, Keberadaannya akan diketahui dengan MENGAMALKAN secara TERUS MENERUS Kalimah Syahadah LAA ILAAHA ILLALLAH.


8. Ahli ma'rifat menamakan Ruh Al-Qudsi dengan sebutan TIFLUL MAANI ( bayi maknawi ) karena ia dari MA'NAWIYAH QUDSIYYAH.

Pemberian nama TIFLUL MA'ANI di dasarkan kepada :

1.  Ia lahir dari HATI seperti lahirnya bayi dari rahim ibunya dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa)

2.  Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Tiflul Ma'ani juga bersih dari SYIRIK dan GHOPLAH (lupa kepada Allah)

3.  Tiflul Ma’ani HALUS dan SUCI

4.  Ia BERWUJUD seperti RUPA MANUSIA (itu) juga, ia adalah MANUSIA HAKIKI (yang sebenar-benarnya DIRI atau A-KU) karena Dialah YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN ALLAH SWT (jasad tidak bisa berhubung dengan Allah secara langsung /terus-menerus karena jasad mengandung unsur jasmani yang kotor)


5.  Firman Allah melalui Hadith Qudsi :
"AKU punya waktu khusus dengan Allah swt, akan tetapi Mala-ikat muqorobin, Nabi-nabi dan Rasul-rasul tidak memilikkinya”

“Kamu sekalian akan dapat melihat cahaya ilahi dalam bentuk cahaya gilang gemilang”.


Al-Qur'an :

“Wajah wajah orang MU'MIN pada hari itu BERSERI-SERI”.

Yang dimaksudkan dengan MALA-IKAT MUQORROBIN adalah RUH RUHANIYAH yang diciptakan di alam Jabarut.

Bila segala sesuatu SELAIN RUH QUDSIYYAH masuk ke Alam LAHUT maka pasti akan TERBAKAR.


Dalil dari Hadist Qudsi yang lainnya :

1.  ILMU BATIN adalah RAHASIA diantara Rahasia-KU. AKU jadikan didalam HATI hamba-hamba-KU dan tidak ada yang MENEPATINYA kecuali AKU.

2.  Aku ini BERADA pada PRASANGKA hamba-KU. AKU bersamanya ketika dia MENGINGAT AKU. Bila dia mengingat-KU pada HATI-nyaAKU-pun mengingatnya pada DZAT-KU.


"TAFAKUR"

Yang dimaksudkan dengan Hadits ini adalah manusia pada WUJUD MANUSIA yaitu di alam TAFAKUR.


SABDA ROSULULLAH :

“Tafakur sesaat lebih besar pahalanya daripada IBADAH 70 TAHUN”.

Dan berfikir tentang MA'RIFAT kepada Allah, maka nilai tafakurnya lebih daripada beribadah seribu tahun, ini adalah ALAM MA'RIFAT yaitu YAITU ALAM TAUHID.


Wajhillah = Wajah Allah dalam Al-Qur'an

Ayat-ayat berikut yaitu :
(2:115), (2:272) , (30:38), (30:39) dan (76:9)
Mempunyai rahasia yang besar dari segi hiraki manusia, pentabiran Allah swt kepada para Khalifah-khalifahNya yang merupakan
golongan Khawasul Khawas.


Ulasan ringkas : Ayat pertama yang menyebut wajah Allah ialah Al-Baqarah : 115

Sejak awal menyatakan bahwa kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat yang menekankan bahwa untuk melihat Wajah Allah swt, manusia harus meletakkan diri nya sebagai hamba yang tidak punya apa-apa sebab semuanya hak Allah.


Ini diakhiri dengan Surah Al-Insan ayat (76 : 9)
Yang menekankan agar manusia wajib melihat Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya.


5 ayat di bawah ini menjadi sandaran penting untuk melihat wajah Allah :

1. Terkait dengan 5x Sholat fardhu :
Waktu yang wajib untuk memandang Wajah Allah.

2.  Terkait dengan 5 Ulul azmi :
Muhammad saw, Isa as, Musa as, Ibrahim as dan Nuh as, yang menjadi pemandu kepada “Al Ghauts/Kembali” dalam melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Khalifah.

3. Terkait dengan 5 Naqib kepada Al-Ghauts :
Qutb, Qutb Al Bilad, Qutb Al Aqtab, Qutb Al Irshad dan Qutb Al Mutasarrif.

4. Di bawah ada 5 Naqib yaitu :
7 Budala (diketuai Qutb)
7 Nujuba’ (diketuai Qutb Al Bilad)
7 Nuquba’ (diketuai Qutb Al Aqtab)
7 Awtad (diketuai Qutb Al Irshad) dan
7 Ahyar (diketuai Qutb Al Mutasarrif).

5. Walaupun ini menunjukan satu hiraki tegak terdapat juga hiraki mendatar yaitu :
Qutb lebih tinggi dari Qutb Al-Bilad
Qutb Al-Bilad lebih tinggi dari Qutb Al-Aqtab
Qutb Al-Aqtab lebih tinggi dari Qutb Al-Irshad dan
Qutb Al-Irshad lebih tinggi dari Qutb Al-Mutasarrif.

6. Dalam masyarakat kita selalu disebut tentang kewujudan 40 Abdal, maka sebenarnya semua mereka yang di bawah Al Ghauts ini ada 40 orang. Mereka juga disebut Rijalul ghaib dan maqam mereka adalah AS-SIDDIQUN dan AL-MUQORROBUN.

7. Mereka semua (1~40 orang) senantiasa melaksanakan SHOLAHUDDA'IM karena
mereka pilihan Allah (Ahlullah) dan senantiasa memandang Wajah Allah.

8. Mereka dan para Wali-wali Allah yang lain mengajak dengan ayat  (12 : 108) mendapat limpahan Rahmat dari Allah seperti yang disebut dalam surah Yunus (10 : 62)

9. Dibawa ini adalah 5 ayat yang di dalamnya terdapat uraian tentang  tugas para Khalifah Allah swt, yaitu :


1.  Al-Baqarah : 115

”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”.


2.  Al-Baqarah : 272

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.


3.  Ar-Rum : 38

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.


4.  Ar-Rum : 39

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.


5.  Al-Insan : 9

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.




Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin



Sabtu, 06 Februari 2016

2. PENGENALAN


ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ



Jujur kepada diri sendiri jujur kepada Allah :
Ketahuilah dimana posisi kita sekarang, dan jangan pernah menyerah untuk meningkatkan kwalitas jati diri, supaya menjadi manusia yang bermartabat dan diridhoi oleh Allah swt.


7 MARTABAT NAFSU DAN 3 PENYEMPURNAAN

Pengenalan tentang nafsu manusia itu sangat di pentingkan sebagai pangkal dan tolak ukur dalam pengenalan diri manusia melalui 7 martabat nafsu, karena martabat nafsu itu berputar sekitar diri dan jiwa, yang di gunakan sebagai pengertian “jiwa” manusia .

Adapun analisa masing-masing martabat nafsu ini adalah seperti tersebut di bawah ini :



1.  NAFSU AMMAROH (sifat api)

(Nafsu yang selalu merintah atau mengajak)

Perangai orang pada martabat nafsu ini selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan bisikan syetan, karena itu nafsu ammarah ini kerjanya senantiasa menyuruh berbuat maksiat, baik ia tahu perbuatan itu jahat atau tidak, bagi dia baik dan buruk adalah sama saja, kejahatan dipandangnya tidak menjadikan apa-apa bila dikerjakan, dia tidak mencela kejahatan, bahkan sebaliknya selalu sinis dan suka mencela segala bentuk kebaikan yang diperbuat orang lain, Nafsu Ammaroh ini adalah derajat yang paling rendah sekali, dan sangat berbahaya serta merugikan diri pribadi yang sekaligus akan menyeretnya ke lembah kehinaan.


Firmal Allah swt : Qs. Yusup : 53

“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu (amarrah) itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”.


Sebagian dari sifat-sifat orang yang mempunyai Nafsu Ammaroh ini antara lain adalah :

1. Bakhil atau kikir.
2. Tamak dan lobak kepada harta benda.
3. Sombong dan takabur (membanggakan diri)
4. Bermegah-megahan dan bermewah-mewahan.
5. Ingin namanya terkenal dan popular.
6. Hasad dan dengki.
7. Berniat jahat dan khianat.
8. Lupa kepada Allah SWT.
9. Dan lain-lain sifat tercela.



2.  NAFSU LAWWAMAH (sifat angin)

(Nafsu ini manusianya tidak bisa tetap dalam satu martabat kebaikan atau masih plin-plan selalu berubah-rubah)

Orang pada martabat nafsu ini suka mengritik atau mencela kejahatan dan membencinya, apabila ia terlanjur berbuat kejahatan, ia lekas menyadari dan menyesali dirinya, memang dia menyukai perbuatan baik, tapi kebaikan ini tidak dapat di pertahankan secara terus menerus karena dalam hatinya masih bersarang maksiat-maksiat batin, meskipun hal ini diketahuinya tercela dan tidak disukainya, namun selalu saja maksiat batin itu menyerangnya. Sehingga apabila kuat serangan maksiat batin itu, maka sekali-kali dia berbuat maksiat dzohir karena tidak mampu melawannya, meskipun demikian dia tetap berusaha menuju kepada keridhoan Allah swt sambil mengucap istighfar memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.


Firman Allah swt : Qs. Al-Qiyamah : 2

“dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.


Di antara sifat Nafsu Lawwamah ini ialah :

1.  Menyadari kesalahan diri sendiri
2.  Menyesali berbuatan jahatnya
3.  Timbul rasa takut bersalah
4.  Kritis terhadap semua kejahatan
5.  Heran kepada diri sendiri (ujub)
6.  Berbuat kebaikan agar dikagumi orang (riya’)
7.  Menceritakan ke baikannya supaya mendapat pujian (sum’ah) Dll sifat tercela di dalam hati.



3.  NAFSU  MULHAMAH (sifat air)

(Nafsu Mulhamah ini adalah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses pensucian diri dari sifat-sifat yang kotor dan tercela melalui cara kehidupan laksana air yang mengalir)

Orang pada martabat nafsu mulhamah ini boleh dikatakan baru mulai masuk tingkat air kesucian, baru mulai mencapai fana, tetapi belum teguh dan mantap karena ada kemungkinan sifat-sifat terpuji itu akan lenyap dari dirinya.


Firman Allah swt : Qs. Asy-syams : 7-10

“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya".


Sifat-sifat yang timbul dari Nafsu Mulhamah ini antara lain :

1.  Tidak menyayangi harta benda (pemurah)
2.  Merasa cukup dengan apa yang ada (qona’ah)
3.  Laduni, yaitu ilmu yang di dapat dari ilham
4.  Merendahkan diri kepada Allah (Tadlarru’)
5.  Taubatan nashuha
6.  Sabar dalam segala hal yang menimpa
7.  Tenang menghadapi segala kesulitan dll.



4. NAFSU MUTHMA'INNAH (sifat tanah)

(Melekat di lubuk hatinya sifat-sifat terpuji)

Apabila orang pada martabat Nafsu Mulhammah tetap dalam proses mencapai maqam haqikat dan ma’rifat, maka terkikis habislah sifat-sifat yang tercela, dan pada waktu itulah dia masuk ke dalam martabat Nafsu Muthma'innah, nafsu ini adalah sebagai permulaan mencapai derajat kewalian, orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya seolah-olah berada bersama Allah (Ma’allah).


Firman Allah swt : Qs. Al-fajr : 27-30.

- Hai jiwa yang tenang
-Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai
-Masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku
-Dan masuklah ke dalam surga-Ku.


Di antara sifat-sifat keruhanian yang timbul dari Nafsu Muthma'innah ini antra lain adalah :

1 ..Pemurah dan suka bersedekah
2.  Menyerahkan diri kepada Allah (Tawakkal)
3.  Bersifat arif dan bijaksana
4.  Kuat beramal dan kekal mengerjakan sholat
5.  Mensyukuri ni’mat yang diperoleh dengan membesarkan Allah
6.  Menerima dengan rasa puas apa yang di anugerahkan Allah (ridho)
7.  Menerima qodho dan qodar
8.  Takwa kepada Allah (Taqwallah) dll sifat yang mulia.



5.  NAFSU AR-RODHIYYAH 

Martabat Nafsu Rodhiyyah ini derajatnya lebih tinggi dari martabat Nafsu Muthma'innah.
Nafsu Radhiyah ini sangat dekat dengan Allah dan menerima dengan perasaan ridho segala hukum Allah, karena itu segala problema kehidupan duniawi sama saja bagi para wali martabat nafsu rahiyah ini, nilai uang sama saja dengan kertas biasa, mereka tidak takut atau khawatir kepada siapapun yang akan mengganggu, dan tidak pula bersedih hati atas segala penderitaan sebagaimana kesedihannya yang diderita orang-orang awam.


Firman Allah swt : Qs. Yunus : 62.

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada ke khawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".


Sifat-sifat keruhanian yang timbul dari Nafsu Rodhiyyah ini antara lain adalah :

1.  Zuhud dari dunia
2.  Ikhlas kepada Allah
3.  Wara’ dalam ibadat
4.  Meninggalkan segala sesuatu yang bukan haqnya
5.  Menunaikan dan menetapkan hukum-hukum Allah Dan lain-lain perangai mulia dan terpuji.



6.  NAFSU MARDHIYYAH

Martabat nafsu mardliyah ini lebih tinggi dari martabat nafsu radliyah, karena segala perilaku orang nafsu ini, baik perkataan maupun perbuatan adalah diridhoi Allah dan diakui-Nya. Oleh karena itu, jadilah jiwanya, perasaannya, lintasan hatinya, gerak-geriknya, pendengarannya, penglihatannya, perkataannya, gerak kaki dan tangannya, kesemuanya itu adalah diridhoi Allah belaka.


Di antara sifat-sifat mulia dan terpuji yang timbul dari martabat nafsu mardhiyyah ini adalah sebagai berikut :

1.  Baik budi pekertinya seperti akhlak Nabi-nabi
2.  Ramah tamah dalam pergaulan dengan masyarakat sebagaimana perangai para Nabi
3.  Senantiasa merasa berdampingan dengan Allah
4.  Selalu berfikir pada kebesaran Allah
5.  Ridho dengan apa saja pemebrian Allah, Dan lain-lain budi pekerti yang luhur dan terpuji.


Dalam perjalanannya, hati orang martabat nafsu mardliyah ini merasakan dalam keadaan bersama Allah semata, dan terus menerus mengambil ilmu daripada Allah swt, setelah melalui martabat fana’, dia akan kembali ke maqam baqa,dengan kata lain setelah ia sampai kepada Allah, maka kembali lagi kepada makhluk, dan ketika itu dapatlah ia menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat, memberi petunjuk dan menuntun ummat ke jalan syari’at agama Allah yang benar.


Dzikir orang martabat nafsu ini tetap hidup dalam persamadhiannya (khaffi) yaitu batin bagi SIRRU SIRR.



7.  NAFSU KAMILLAH

Untuk mencapai nafsu kamilah ini sudah tentu orang harus melalui lebih dahulu proses perjalanan satu persatu nafsu-nafsu sebagaimana yang telah di sebutkan dan di ajarkan di atas.

Memang tidak mudah untuk mencapai martabat nafsu ini, harus mempunyai semangat yang tinggi dan berani menempuh jalan yang sulit dan sangat terjal, Syekh Abdul Qadir Jailani misalnya, selama tiga puluh tahun lebih ia merintis dan menempuh jalan untuk mencapai maqam nafsu kamilah ini, tetapi dalam menempuh jalan ini tidak sama bagi setiap orang, lain orangnya lain pula perjalanannya, ada yang menempuh dalam waktu yang singkat dan ada pula yang lama.

Martabat nafsu kamilah ini adalah nafsu yang tertinggi dan teristimewa dari maqam wali yang lain, karena ia dapat menghimpun antara bathin dan lahir antara hakikat dan syari’at, oleh karena itu dia dinamakan maqam “Baqa Billah” atau “Kamil Mukammil” atau “Insanul Kamil”. Jelasnya ruh dan hatinya “Kekal dangan Allah”, tetapi zhahir tubuh kasarnya bersama-sama dengan pergaulan masyarakat, menjadi pemimpin membina masyarakat ke arah jalan yang di ridhoi Allah, hati mereka kekal dengan Allah meskipun di waktu tidur, karena mereka dapat musyahadah dengan Allah dalam setiap waktu. Maqam “Baqa Billah” ini tidak dapat dinilai dengan ke bendaan berbentuk apa saja di alam ini, karena itu ia merupakan maqam "Khawwasul Khawwas". Segala gerak gerik dan perilaku orang martabat nafsu kamilah ini adalah ibadat semata, maka jangan heran apapun yang ia kehendaki pasti jadi (kun fayakuun)


Firman Allah swt : Qs. Yaa Siin : 82-83.

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : "JADILAH!" maka terjadilah ia".

"Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya ke kuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu di kembalikan".



Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin



Selasa, 05 Januari 2016

1. PERJALANAN MA'RIFAT


ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ



A.  INTI PENGENALAN :

1.  NAFSU AMARAH
2.  NAFSU LAWWAMAH
3.  NAFSU MULHAMMAH
4.  NAFSU MUTHMA'INNAH
5.  NAFSU ARODHIYYAH
6.  NAFSU MARDHIYYAH
7.  NAFSU KAMILAH


Di sempurnakan oleh tiga hal :

1.  AHADIYYAH
2.  MA'IYYAH
3.  AQROBIYYAH
------------------------------------------------------




B.  INTI PAKERJAAN :

SHOLAHUDDA'IM
(Jam 00:00 s/d Jam 03:00 wst)

ISTIGHFAR  xxx
BASMALAH,,,

Assalaamu'alaikum,,,
Wa Mala-ikatihi Wa Rosuulihi,,,
Yaa Jibriil, Yaa Mika-iil, Yaa Isrofiil, Yaa Ijroo-iil.
Aqrobu bijasadin ummatin Muhammad/Siti ,,,

{Aqrobu HU Ta'alaa iii
AllaaHU Akbar Kun Fayakuun !!! ○○○ 3x}

HUU,,,  YAA,,,
------------------------------------------------------



C.  INTI PERJALANAN :


1.  SYAHADAH
2.  BASMALAH
3.  AL-FATIHAH
4.  LA HAULA WALA QUWATA ILA BILLAH
5.  INA LILLAHI WA INA ILAIHI RIJI'UUN
------------------------------------------------------



Semoga perjalan AKU ini tetap hidup dan abadi seperti pemiliknya yang maha Hidup Abadi lagi maha Berdiri Sendiri.



Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin




  D A N G E R :  
Siapa saja yang dapat menemukan kolom ini, di larang keras menyimpan, menghapal dan mengamalkan bait yang bagian (B) tanpa IZIN, hal ini sangat membahayakan lahir batin anda.