Selasa, 08 Maret 2016
5. BASMALLAH
ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
TITIK BA'
Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim
Semua kitab suci yang diturunkan ada di dalam Al-Qur’an.
Semua yang ada dalam Al-Qur’an ada di dalam Al-Fatihah.
Semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillnahirrahmaanirrahiim.
Semua yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa’,
Dan semua yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawah Baa’.
Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan “KUN” dari Allah.
Pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak bila ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), di tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al-Qur’an ini, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam huruf Baa’, manfaat dan rahasianya.
Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Makrifat kepada Allah swt.
Ketahuilah bahwa titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap Surah dan Kitab Allah Ta’ala, sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik, dan sudah tentu setiap surah ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itulah maka titik itu sendiri adalah awal dari pada setiap Surah yaitu Kitab Allah Ta’ala.
Bahwa Baa’ dalam setiap surah itu sendiri menjadi keharusan karena berada dalam Basmalah bagi setiap surat, seperti dalam surat Al-Baqarah, huruf Baa’ mengawali ayat dalam surat tersebut, karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa’.
“Bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu terhimpun dalam surah Al-Fatihah, terhimpun lagi di dalam Basmalah, dan terhimpun lagi dalam Huruf Baa’, akhirnya terhipun dalam titik”.
Seperti huruf Taa’ ( ت ) dengan dua titik, lalu ditambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’( ث ), maka yang dibaca itu tidak lain kecuali titik itu sendiri. Sebab Taa'( ت ) bertitik dua, dan Tsaa’ ( ث ) bertitik tiga bentuknya satu, yang terbaca titiknya belaka.
Seandainya kita membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda antara satu dengan lainnya, dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja.
"Hal yang sama dilihat dalam persprektif mahluk, maka makhluq itu tidak dikenal kecuali Allah jua, bahwa anda mengenalnya dari makhluq, sesungguhnya anda mengenalnya dari Allah swt".
Hanya saja titik pada sebagian huruf lebih jelas yang satu dengan yang lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya, seperti huruf-huruf yang bertitik, semuanya saling melengkapi dan saling menyempurnakan dalam kalimat-kalimat, kelengkapan inilah berada pada titik tersebut.
Ada sebagian yang nampak pada kenyataannya seperti huruf Alif ( أ ) dan huruf-huruf tanpa titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif ( أ ) lebih mulia dibanding Baa’ ( ب ), karena titiknya itu menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ ( ب ) itu sendiri tidak nampak (Titik berdiri sendiri).
Titik di dalam huruf Baa’ ( ب ) tidak akan nampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena titik sesuatu huruf merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut, sementara itu penyatuan antara faktor lain ialah faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.
Huruf Alif ( أ ) posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Baa’ ( ب ) itu adalah Alif ( أ ) yang di baringkan seperti Jiim ( ج ), misalnya adalah Alif ( أ ) dibengkokkan dua ujungnya, Daal ( د ) adalah Alif ( أ ) yang ditekuk ditengahnya.
Sedangkan Alif ( أ ) dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat masing-masing huruf tersusun dari titik, sementara titik bagi setiap huruf ibarat nukleus yang terhampar, huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur.
Kedudukan Alif ( أ ) dengan kerangkanya seperti kedudukan titik, lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif ( أ ) sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’( ب ) adalah Alif ( أ ) yang dibaringkan.
Demikian pula hakekat Nabi Muhammad saw merupakan inti dari seluruh alam semesta ini diciptakan yaitu dari Hakekat Muhuhammad.
Allah swt menciptakan ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari ruh Muhammad saw, sedangkan Muhammad saw adalah sifat dzahirnya Allah dalam makhluk melalui nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.
Dengan bersholawat adalah memuji Nabi Muhammad saw, Hakikat Muhammad itu ialah NUR MUHAMMAD, NUR MUHAMMAD itu ialah HAKIKAT ALAM, NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya asal segala kejadian dan akhir segala kenabian, itulah sebabnya hakikat MUHAMMAD itu disebut utusan, maka jika hakikat Muhammad itu disebut utusan, maka cari dan galilah sedalam-dalamnya hakikat hidup ini dari NABI MUHAMMAD SAW, supaya bisa pulang kembali ke asalnya, yaitu kembali kepada hidup yang sejati, yaitu hidupnya Tuhan yang kekal, abadi, azali dan tidak terkena kehancuran, itulah yang disebut Zat yang maha besar dikenal dengan sebutan : HAQQULLAHU TA’ALA, tempat manusia Ma’rifat, sebagai kesempurnaan yang sejati dan HAQQULLAH itu adalah sebagai kenyataan alam semesta.
Sedangkan huruf Alif ( أ ), walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik setaraf dengannya, dan Alif ( أ ) merupakan manifestasi titik yang tampak di dalamnya, namun dengan substansinya Alif ( أ ) memiliki nilai tambah dibanding yang lain, sebab yang tertera setelah titik tidak lain kecuali berada satu derajat, karena dua titik disusun dua bentuk alif, maka Alif ( أ ) menjadi sesuatu yang memanjang, karena dimensi itu terdiri dari tiga sisi = Panjang X Lebar X Tinggi.
Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif ( أ ), seperti huruf Jiim ( ج ). Pada kepala huruf Jiim ( ج ) ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Setiap huruf selain Alif ( أ ) memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif ( أ ) sendiri lebih mendekati titik, sedangkan titik tidak punya bentangan.
Hubungan Alif ( أ ) diantara huruf-huruf yang tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya karenanya Alif ( أ ) mendahului semua huruf.
Diantaranya ada huruf-huruf yang mempunya titik di atasnya, ada pula yang mempunya titik dibawahnya, yang pertama (titik di atas) ibarat “Aku tidak melihat sesuatu (sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.
Diantara huruf itu ada yang mempunyai titik di tengah, seperti titik putih dalam lubang huruf Mim ( م ) dan Wawu ( و ) dan lain-lain, maka posisinya pada tahap,“Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya, ”Karenanya titik itu berlubang, sebab dalam lubang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri, lingkaran kepada kepala Miim ( م ) menempati tahap, “Aku tidak melihat sesuatu” sementara titik putih menempati “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.”
Alif ( أ ) menempati posisi :
“Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu maka sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya”menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian“Sesungguhnya orang-orang berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”
Bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu Baginda bersyahadat kepada Allah dan pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah, artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw tetapi hakekat-nya berbaiat kepada Allah swt,
Dalam Kitab “Tafsirul Qur’anil Karim” menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma Allah Ta’ala ( Nama-nama Allah) sifat yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta’ala, sedangkan wujud Asma (nama-nama) itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.
Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan, dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian“Tidak membuat penyifatan”.
"Ar-Rahmaan" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan kesempurnaan secara universal menurut relevansi hikmah.
"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi kesempurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya.
Karena itu sering disebutkan, “Wahai Yang Maha Rahman bagi dunia dan Maha Rahim bagi akhirat”
Artinya, adalah sifat kemanusiaan yang sempurna, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi.
Dalam konteks inilah Nabi Muhammad saw bersabda, “Aku diberi anugerah menyeluruh Kalam dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) kesempurnaan ahlak”.
Karena kalimat-kalimat merupakan hakekat-hakekat wujud dan kenyataannya, sebagaimana Isa as disebut sebagai KALIMULLAH (kalimat dari Allah) sedangkan kesempurnaan ahlak adalah predikat dan keistimewaannya.
Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristalkan dalam jagat kemanusiaan yang sangat halus, di sanalah para Nabi – alaihimus salam – meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud.
Kenyataan ini dapat ditemui pada zaman Isa as, zaman Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
Disebutkan, bahwa wujud ini muncul dari huruf Baa’( ب ) dari Basmalah, karena Baa’( ب ) tersebut mengiringi huruf Alif ( أ ) yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah, disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari ciptaan Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, “Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan daripada dirimu, dan denganmu Aku memberi, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa”. (Al-hadits)
Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf (satu huruf gaib tidak tertera) Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah, maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.
18 huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasika dengan jumlah 18 ribu alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah.
Alif merupakan induk dari seluruh yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif, karena itu difahami sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh langit, dan Empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.
Sedangkan makna 19, menunjukkan penyertaan alam kemanusiaan, walaupun masuk kategori alam hewan, namun alam insan itu menurut konotasi kemuliaan dan universalnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, roh adalah alam lain yang memiliki ragam jenis yang prinsipil, ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat dll.
Tiga Alif ( أ أ أ ) yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan petunjuk tentang Alam Ilahi Yang Haqq, menurut pengertian Dzat, Sifat dan Af ‘al , yaitu tiga alam ketika dipisah-pisah, dan satu alam ketika dinilai dari hakekatnya.
Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.
Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif gaib yang melekat pada Baa’, ” kemana hilangnya Alif itu? ” Maka Rasulullah saw, menjawab, “Dicuri oleh Setan”.
Maka diharuskan memanjangkan huruf Baa’nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian “Alif gaib” predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar, sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan boleh dikenal kecuali oleh ahlinya.
Oleh karena itu dalam hadist di sebutkan :
“Manusia diciptakan menurut gambarannya”.
Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat
Sifat tersembunyikan oleh Af’aal
Af’aal tersembunyikan oleh jagat-jagat dan makhluk.
Oleh sebab itu,
Siapa pun yang meraih Tajjalinya Af’aal Allah dengan terbukanya hijab jagat raya, maka ia akan tawakkal.
Siapa yang meraih Tajjalinya Sifat dengan terbuka hijab Af’aal, ia akan redha dan pasrah.
Siapa yang meraih Tajjalinya Dzat dengan terbukanya hijab Sifat, ia akan fana dalam kesatuan.
Maka ia pun akan meraih penyatuan mutlak.
Ia berbuat, tapi tidak berbuat.
Ia membaca tapi tidak membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”.
Tauhidnya af’aal mendahului tauhidnya Sifat
Dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat.
Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya,
Tuhan,,,
Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu.
Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarahMu.
Dan Aku berlindung denganMu dari diriMu.
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."
Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin
Selasa, 01 Maret 2016
4. SYAHADAH
ﺑﺴـــــــــﻢ ﭐﻟﻠﻪ ﭐﻟﺮﺣـﻤـﻦ ﭐﻟﺮﺣـــــــﻴﻢ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ, وَالصَّلاَهُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اَشْرَافِي اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرسَلِيْنَ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ وَ عَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ
TIGA DASAR KAJIAN :
Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan untuk menyatakan dirinya sendiri pada : Zat, Sifat, Asma' dan Af'alnya.
Firman Allah swt :Qs. Az-Zariat : 56
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".
Dan untuk mencurahkan baktinya kepada Allah maka manusia haruslah mengenal Allah, karena tampa mengenal Allah pasti tidak dapat mencurahkan bakti yang sesungguhnya.
Sabda Rosulullah saw :
Awaludin Ma'rifatullah
Awal agama adalah mengenal Allah
Oleh karena itu untuk bisa ma'rifat kepada Allah maka diberikanya ilmu kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata, sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.
Firman Allah swt : Qs. Yunus :57
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".
Manusia sebenarnya tidak berhak atas sesuatu, hanya Allah saja yang Empunya, bagaimana manusia bisa mengaku “ ini hak aku “ atau “ itu hak aku “ sedangkan dirinya sendirpun bukan hak dia, tetapi hak Allah semata.
TIGA DEPINISI ILMU ALLAH :
A. ILMU KALAM
B. ILMU GHAIB dan
C. ILMU SYAHADAH
Firman Allah swt : Qs. Al-iqro : 3-5
3 - Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
4 - Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5 - Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Fiman Allah swt : Qs. Al-Hasyr : 22
"Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
A. ILMU KALAM
Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita.
Ilmu kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita.
Tingkatan ilmu ini hanya bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat, di dengar, dirasa, oleh panca indranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain,
bahwa,,, Kita tidak dapat menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut.
Ini menunjukkan bahwa tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak lebih dan tidak sampai kemana-mana.
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata tidak bisa kita menjelaskannya kepada orang buta, lalu bagaimana halnya untuk memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda yang ada di alam semesta ini?
Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah ilmu gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia bahasa yang ada.
B. ILMU GHAIB
Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sogir dan alam kabir.
Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya) didalam bidang Hakekat dan ma'rifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.
Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari Wali-Wali Allah yang gaib dan para Nabi dan Rosulnya.
Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakekat dan ma'rifat melalui jalan kebatinan untuk mengenal Allah swt.
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan ma'rifat serta mursyid yang mengetahui akan hakekat dan ma'rifat dan kemudian menerima petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka orang tersebut kemudian mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya.
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah kebatinan.
Agar jalan kebatinan dapat dicapai maka orang ini harus juga tahu cara membersihkan diri dan jiwa raganya,dan ilmu ini hanya boleh dicapai oleh akal dan iman saja.
Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa di hasilkan oleh hati orang-orang beriman terhadap Allah s.w.t saja.
Sebelum mendapatkan akal maka orang itu harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang menjadi tempat istana iblis.
Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kolbi.
Sesungguhnya cahaya atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu adalah ISTANA ALLAH.
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa ragu-ragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak bisa diterima oleh logika berfikir manusia.
Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa manusia tersebut.
Firman Allah swt : Qs. At Taghaabun : 11
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat penerimaan ilmu gaib ini.
Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata bashir, dengan telinga batin dapat pula di rasakan dengan hati hakiki yang di miliki oleh orang-orang 'ARIF BILLAH.
Ilmu gaib di ajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5 cara :
Yaitu dengan cara :
1. NUR
2. TAJJALI
3. SIRR
4. SIRRUSIRR
5. TAWASUL
1. Dengan cara NUR
Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat batin, biasanya datang melalui sebuah mimpi, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terang-terangan.
Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan penafsiran mimpi tersebut.
Dan bagi seorang guru yang mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh anak muridnya.
Di dalam mimpi tersebut mungkin saja di beri kiasan dengan satu peristiwa yang di alaminya dalam mimpinya atau guru gaib yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut.
Maka dengan jalan mendapatkan mimpi tersebut orang-orang yang menjalani ilmu kebatinan dapat menerima Ilmu gaib.
Firman Allah swt : Qs. Yusuf : 16
"Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan di sempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
2. Dengan cara TAJJALI
TAJJALI disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan ZOK selama mereka menjalani latihan.
Dengan mengalami ZOK terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka sendiri sebelumnya.
Misalnya :
Terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak pernah membaca doa tersebut.
Di dalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.
Keterangan tentang TAJJALI
Biasanya seseorang yang sedang mengalami TAJJALI sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan tersebut kepada dirinya sendiri lalu di dapatinya satu persatu jawaban yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya belum pernah dialami sebelumnya
Bila di lihatnya sesuatu maka secara tidak di sengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, di sinilah terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri.
Walhasil, di bandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya, perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.
3. Dengan cara sirr
Adapun SIRR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia, hanya dapat dirasakan dan di dengar oleh orang itu secara jelas.
Biasanya seseorang yang sedang menjalani tarekat kebatinan dapat menerima SIR ini di waktu-waktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin.
Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas, bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata.
Cara Sirr ini biasanya di namakan oleh sebagian ahli kebatinan sebagai radio atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib.
Bila seseorang itu menerima SIR maka hendaklah memberitahukan hal tersebut kepada gurunya untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.
4. Dengan cara SIRRUSIRR
Cara SIRRUSIRR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib dengan cara Rasa di dalam Rasa.
Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga merasakan suatu nikmat yang luar biasa.
Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa di ibaratkan seperti tayangan gambar di televisi.
Oleh karena itu sebagian orang kebatinan menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.
5. Dengan cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalani Tarekat batin, mereka bertemu dalam keadaan hidup-hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti kita menerima kedatangan tamu pada umumnya.
Mereka datang dan memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada waktu itu lagi ada orang.
Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak kita pahami kepada mereka.
Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli kebatinan dan dengan ini terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak.
Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi di alam lain termasuk alam barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah ke suatu alam yang jauh keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.
Firman Allah swt : Qs.
Artinya : barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (alam lain)
Orang yang mencapai tingkat ini disifatkan oleh Rasullullah sebagai orang mati sebelum mati.
Sabda Rosulullah saw :
Mautu qoblal maut
Matikan dirimu sebelum mati.
Mereka yang telah mencapai ke peringkat ini adalah mereka yang telah berhasil dijalan hakekat dan ma'rifat dengan Allah. Jiwa mereka sering tenang disamping tuhannya semasa hidupnya di dunia ini atau di akhirat nanti. Mereka adalah termasuk golongan orang-orang yang baik dan beruntung.
C. ILMU SYAHADAH
Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia, inilah martabat ilmu yang tertinggi.
Ilmu ini adalah satu ilmu ma'rifat dan ilmu syahadah yang sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.
Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.
Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai ma'rifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa Tuhan sajalah yang boleh mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.
Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Ilmu ini hanya bisa dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung.
Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah s.w.t.
Cara mengucapkan dan menikmati ucapan dua kalimah syahadah
Adapun mengucapkan dua kalimah syahadah itu adalah dengan melafazkan kata :
ASYHADU ALLAA ILLAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAROSULULLAAH
Ucapan kalimah ini juga boleh dinamakan sebagai ucapan penyaksian di antara kita dengan diri kita, dengan cara-cara sebagai berikut :
1. HILANGKAN DIRI KITA
Maksud menghilangkan diri adalah dengan cara kita merasai dengan satu perasaan yang sesungguh-sungguhnya bahwa diri kita ini adalah tidak mempunyai apa-apa, tidak berkuasa, tidak melihat, tidak mendengar, tidak berkehendak, tidak …… tidak….. hanya Allah s.w.t. bersifat teragung itu.
Kita fanakan (kosongkan) diri kita dan kita isbabkan (tampilkan) segala-galanya kepada Allah s.w.t.
Bila saja kita telah hilang segala-galanya, dan yang nyata Allah s.w.t. semata-mata, segera kita ucapkan lafaz Dua kalimah Syahadah ini, dan selama kita melafazkan dua kalimah syahadah ini maka kita hendaklah menilik kedalam bathin kita dan kita bayangkan ripa wajah kita hingga nampak jelas. Sesungguhnya hanya kita sajalah yang tahu bagaimana perasaan hilang diri itu.
Untuk lebih jelasnya bertanya-lah kepada orang-orang ahli hakekat dan ma'rifat lagi mursyid yang pernah mengalami hal yang seperti ini.
2. MELAPADHKAN KALIMAH SYAHADAH
Adapun maksud melafazkan dua kalimah syahadah tersebut adalah dengan cara kita melafazkannya dengan mulut dan diresapi di dalam hati, ucapkan kalimah syahadah tersebut secara tanpa di waqafkan semua bahagian kalimah syahadah itu, Intinya adalah bagaimana kalimah syahadah itu bisa di baca dalam satu nafas, kemudian bacalah dengan terang mengikuti bacaan huruf dan baris masing-masing serta hendaklah dibaca secara panjang. sebab jika di wakafkan pada kalimah syahadah itu, maka pada hakekatnya kita telah mencoba untuk memisahkan diri rohani kita dengan diri jasmani kita, Sesungguhnya bahwa diri kita yang zahir ini tidak boleh dipisahkan dengan diri bathin kita.
Untuk menjadi kamil (sempurna) di antara keduanya maka kalimah syahadah ini harus di lafazkan secara tuntas tanpa di wakafkan, melainkan dalam satu nafas saja.
3. DI BACA DAN DI DENGAR
Dua kalimah syahadah ini hendaklah ditanamkan didalam dada yaitu ketika kita melafazkan kalimah tersebut maka serentak dengan itu hendaklah di ikuti oleh semua panca indera serta seluruh anggota tubuh kita turut melafazkan kalimah syahadah tersebut. Jangan sekali-kali melafazkan kalimah tersebut hanya di bibir dan di lidah saja tanpa di ikuti oleh panca indera dan anggota tubuh lainya. Bila saja kita bisa melafazkan dengan cara tersebut di atas sudah barang tentu kita akan merasai getaran di seluruh tubuh kita dan di sertai dengan satu rasa kelezatan yang amat sangat.
Silahkan diulangi selalu ucapan dengan cara tersebut diatas, sehingga hal tersebut menghasilkan satu kelezatan yang amat sangat seperti yang pernah di alami oleh orang-orang ma'rifat kepada Allah s.w.t.
4. MERASAI NIKMAT
Perasaan yang mengalir apabila kalimah syahadah ini dilafazkan tidak bisa di terangkan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang merasainya.
Oleh karena itu :
Barang siapa yang tidak merasai
Niscaya dia tidak akan mengetahui.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan bertanya kepada guru yang ma'rifat lagi mursyid.
Namun begitu, alangkah bahagianya apabila kita sendiri dapat merasai dan menikmatinya. Ini berarti kita telah ber-jaya menyaksikan diri kita dengan satu bentuk kesaksian secara hakekat dan ma'rifat. Oleh karena itu, wahai saudaraku, bersyahadatlah kamu sampai ke martabat orang-orang 'arif Billah karena jika kita tidak ber-jaya memperolehnya maka berarti syahadah kita adalah syahadat tanda yang tidak mengandung arti dan faedah apa-apa.
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, di curahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan yang engkau ketahui."
Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin
Langganan:
Postingan (Atom)